Ungkapan Cinta Untuk Cinta
- Ras Ibnu Rachman
- Nov 29, 2020
- 1 min read
Seketika, kulihat tarian indah seperti Tigris yang berkelok disana.
Murni.
Terlihat keindahan yang ‘tak terlihat, mendengar yang ‘tak terdengar, bercengkrama tanpa harus berbicara.
Jika Tuhan berhak mengubah keputusan-Nya, maka tentu saja setiap insan memiliki hak untuk meminta-Nya membuat keputusan sesuai dengan apa yang diinginkannya.
Menggugat-Nya.
Membentuk sebuah celah.
Celah itu terbuka ketika aku dan kamu pernah secara ajaib menggugat hal yang sama tanpa saling berbicara.
Kita adalah bahan yang berbeda.
Kita terpisah cukup lama tanpa pernah berpikir untuk bersenyawa.
Namun alam, yang dengan sengaja mengumpulkan komposisi terbaiknya telah menggiring kita.
Realita bersawala dengan takdir hingga makhirnya menghasilkan sebuah keputusan, sebuah hasil.
Waktu terhenti sejenak ketika terlihat sayup mata teduh dibalik layar bening yang biasa disentuh.
Satu sisi membuat hangat, satu sisi menyejukkan, satu sisi mengubah gelap di ruang kamar menjadi seperti taman indah yang ‘tak pernah ditemui di alam kursi.
Dipuja? Tentu saja!
Tidak men-Tuhan-kan, tapi lewat itu dapat menemukan jalan menuju Tuhan. Menyatukan tekad dan semangat yang sama untuk menempuh perjalanan yang menyenangkan-Nya.
Bercengkrama secara langsung maupun tidak tetap sama saja. Getarannya sama. Getaran abadi yang mengetuk pintu langit yang sangat keras sehingga sebagian makhluk dibawahnya turut terpesona dan bersimpati.
Kutemukan aku di dalam kamu. Dan kutemukan kamu didalam aku.
Aku, dan kamu, tidak saling mencari. Alam yang menentukan komposisinya.
Patutkah ini disebut tingkatan rasa paling tinggi?
Bolehkan dikatakan bahwa ini merupakan kesetiaan abadi seperti awan yang setia memeluk bumi tanpa mengeluh?
Apakah ini bagian dari rasa takut kehilangan yang hidup seperti akar yang menggenggam tanah dengan erat tanpa merasa lelah?
Pengabdian agung yang abadi seperti cincin yang memperindah penampilan Saturnus sepanjang masa tanpa bosan?
Kuharapkan jawaban “ya” sebanyak pertanyaan yang kuajukan.
(Ras Ibnu Rachman, Bucin)
Comentários